BAB II PENDIDIKAN AGAMA PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendidikan Dari segi bahasa pendidikan berasal dari bahasa arab “tarbiyah” dengan kata kerja “rabba”. Kata pengajaran dalam bahasa arabnya adalah “ta’lim” dengan kata kerja “’alama”. Pendidikan dan pengajaran dalam bahasa arabnya “tarbiyah wa ta’lim”.
DAFTAR PUSTAKA Darkusno, Toto. Aspek-Aspek Perkembangan, Jurnal Penddikan Luar Sekolah. Universitas Pendidikan Indonesia, 2012 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009 Martini, Jamaris. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2012 Nurihasan, Achamad dan Agustin.
Sedangkan Pendidikan Islam dalam bahasa arabnya adalah “tarbiyah Islamiyah”. 1 Kata kerja rabba (mendidik) sudah digunakan pada zaman Nabi Muhammad SAW, seperti terlihat dalam Al Qur’an dan Al Hadits Nabi.
Dalam ayat Al Qur’an kata ini digunakan dalam susunan sebagai berikut: Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: 'Wahai Tuhanku, kasihilah mereka 1 Zakiah Daradjat, et.al., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 13 keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil'. (al-Israa’: 24).2 Drs. Marimba dalam bukunya pengantar filsafat pendidikan memberikan definisi pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian yang utama. Mengatakan bahwa pendidikan adalah menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta menanamkan rasa tanggung jawab.4 Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa pendidikan adalah usaha yang dilakukan orang dewasa secara sadar kepada seseorang/ sekelompok yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaan, sehingga tumbuh sifat utama dan baik. Oleh karena itu pengertian Pendidikan Agama dapat diartikan sebagai bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh sebab itu pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek 2 DEPAG RI, Al Qur'an dan terjemahannya, (Semarang: CV Toha Putra, 1989), hlm.
Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Al-Ma'rif, 1989), cet. Ke-VIII, hlm. 4 H.M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1984), cet. 14 yang memiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.
5 Dari definisi pendidikan Agama tersebut dapat dimengerti bahwa Pendidikan Agama adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dalam mengembangkan kepribadian yang utama dan menghasilkan orang beragama ini masih umum sifatnya, sebab belum tertuju pada nilai-nilai suatu kepribadian atau agama tertentu, seperti agama Islam, atau Kristen, Hindu dan Budha. Maka untuk pengertian selanjutnya akan dijelaskan tentang pengertian Pendidikan Agama Islam. Dalam rumusan seminar Pendidikan Islam seIndonesia pada tahun 1960, pengertian Pendidikan Agama Islam adalah sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, mengasuh, melatih dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam. 6 Secara sederhana, istilah Pendidikan Agama Islam dapat dikatakan sebagai pendidikan menurut Islam atau Pendidikan Islam, yakni Pendidikan yang dipahami dan dikembangkan, dan diajarkan 5 dalam nilai-nilai Zuhairini dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), hlm. 6 Arifin, Filsafat Pendidikan, hlm.
15 fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya yaitu, Al Qur’an dan Al Hadits. Dalam pengertian ini Pendidikan Agama Islam dapat berwujud pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari sumber-sumber dasar tersebut. 7 Sebagaimana tercantum dalam ayat Al Qur’an Surat Luqman ayat 12: Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.'
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hakekat Pendidikan Agama Islam tersebut konsep dasarnya dapat dipahami dan dianalisis serta dikembangkan dari Al Qur’an dan Al Hadits, konsep operasionalnya dapat dipahami, dianalisis, dan dikembangkan dari proses pemberdayaan pewarisan dan pengembangan ajaranajaran agama, budaya dan peradaban Islam dari segi generasi ke generasi, sedangkan secara praktis dapat dipahami, dianalisis dan dikembangkan dari proses 7 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT Rosda Karya, 2002), hlm. 16 pembinaan dan pengembangan (pendidikan) pribadi muslim pada setiap generasi dalam sejarah umat Islam.8 Pendidikan Agama Islam menurut Prof. Zakiah Daradjat adalah pendidikan melalui ajaran agama Islam yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya (way of life) demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di di akhirat kelak.9 Dalam pendefinisian agama Islam ini Prof.
Zakiah Daradjat lebih menekankan pendidikan secara praktis. Pendidikan Agama Islam menurut beliau bukanlah pendidikan yang disengaja, yang ditujukan kepada obyek yang dididik yaitu anak, akan tetapi yang lebih penting dari pada itu adalah keadaan dan suasana rumah tangga, keadaan jiwa Ibu Bapak, hubungan antara satu dengan yang lainnya dan sikap jiwa mereka terhadap rumah tangga dan anak-anak. Agar pendidikan agama yang diberikan dapat menjadi unsur dari kepribadian remaja maka pendidikan agama itu harus diberikan sejak dini, bahkan lebih jauh lagi yaitu masih dalam 8 Muhaimin., Paradigama Pendidikan, hlm. 9 Zakiah, Ilmu Pendidikan, hlm. 17 kandungan. Sebab keadaan dan suasana batin Ibu yang mengandung akan berpengaruh terhadap kepribadian anak bila lahir nantinya. Beliau juga mengungkapkan bahwa perkembangan agama pada anak 2.
Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam Semua aktivitas manusia pada prinsipnya harus mempunyai dasar karena tanpa dasar semua usaha yang dilakukan akan mudah diyakinkan. Pendidikan sebagai aktivitas dalam membentuk pribadi manusia menuju perubahan yang lebih maju, sudah semestinya memiliki dasar yang kuat dan orientasi yang jelas, maka kedudukannyapun akan mantap. Kiranya sudah menjadi konsensus yang tidak bisa dibantah lagi bagi semua umat Islam, bahwa Al Qur’an dan Al Hadist merupakan acuan primer yang secara prinsipil dan idiil serta fungsionil mendasari semua aktifitasnya baik secara individual maupun kolektivitas. Pendidikan agama sebagai suatu bentuk kegiatan yang akan mentransformasikan nilai-nilai keislaman akan merujuk pada Al Qur’an dan Al Hadits sebagai acuan dasarnya.
Al Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam, kebenarannya tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan Al Hadits dijadikan landasan pendidikan Agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan, atau pengakuan Rasulullah dalam bentuk isyarat.
Pernyataan ini 18 telah digarisbawahi oleh Ahmad D. Marimba dengan sebuah perumpamaan; “Kalau pendidikan diibaratkan bangunan, maka isi Al Qur’an dan Al Hadits menjadi pondasinya”. 10 Akan tetapi sebagai salah satu subsistem dari pendidikan Nasional, pendidikan agama tidak akan terlepas dari sistem yang ada, termasuk dalam menentukan acuan dasar pelaksanaannya tanpa mengurangi identitas keislaman yang ada.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai dasar-dasar yang cukup kuat, karena dasar-dasar itu dapat ditinjau dari segi: a. Yuridis/ Hukum. Dasar Yuridis atau Hukum adalah dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan pedoman/pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama. Dasar hukum ini dibagi menjadi tiga segi, yaitu: 1) Dasar Ideal Dasar ideal adalah dasar dari falsafah negara yaitu pancasila. Sila pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang 10 Marimba, Pengantar Filsafat, hlm. 19 Maha Esa, atau dengan sebutan lain bangsa Indonesia harus beragama.
Untuk merealisasikan hal tersebut, maka diperlukan adanya pendidikan agama bagi anak, karena tanpa pendidikan agama maka akan sulit mewujudkan hal tersebut 2) Dasar Konstitusional/Struktural Dasar struktural merupakan dasar pelaksanaan pendidikan yang berkaitan dengan bentuk susunan konstitusional pendidikan. Pelaksanaan Adapun pendidikan dasar agama tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 tentang agama, yaitu: Ayat 1: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Ayat 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya. 11 Bunyi pasal tersebut mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia beragama dan melindungi umatnya untuk menunaikan ajaran agama serta 11 Tim Penyusun Pustaka Mandiri, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945; Hasil Amandemen Ke IV Tahun 2002, (Surakarta: Pustaka Mandiri, tth.), hlm. 20 beribadah menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. 3) Dasar Operasional Dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia.
Dasar tersebut yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Bab XIII Pasal 31 ayat 1 dan 5, yaitu: Ayat 1: Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. Ayat 5: Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia. 12 Dan dalam UU No.
20 Tahun 2003 Bab VI tentang Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan, pasal 30 ayat 3; keagamaan juga disebutkan dapat bahwa diselenggarakan “Pendidikan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal”, 13 yang ketiganya saling melengkapi. Dari pasal tersebut di atas, maka jelaslah bahwa pelaksanaan pendidikan agama bagi anak 12 Pustaka Mandiri, Undang-Undang Dasar, hlm.
13 Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokusmedia, 2003), Cet. 21 didik dapat dilaksanakan di lingkungan sekolah, masyarakat dan lingkungan keluarga yang merupakan lingkungan social pertama bagi anak.
Makalah psikologi perkembangan masa bayi BAB I PENDAHULUAN Bayi merupakan makhluk yang perlu dilindungi. Semua kebutuhanya harus dipenuhi seperti yang diinginkanya, tetapi ia belum pandai menyatakan keinginan itu.
Ia hanya pandai menangis. Bila seorang ibu mendengar bayinya menangis, ibu yang pertama kali mempunyai bayi itu tentu merasa bingung tidak mengerti apa yang harus diperbuatnya. Masa bayi di anggap sebagai masa dasar, karena merupakan dasar periode kehidupan yang sesungguhnya. Karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap, dan pola ekspresi emosi terbentuk.1 Perkembangan pribadi di dominasi oleh berbagai macam perasaan, baik perasaan senang ataupun tidak senang menguasai diri bayi, sehingga setaip perkembangan pungsi perbadi dan tingkah laku bayi sangat dipengaruhi oleh perasaanya. Perasaan sendiri tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan berkembang sebagai akibat dari adanya reaksi-reaksi bayi terhadap stimuli lingkungan. Masa bayi di sebut juga: Masa dasar yang sesungguhnya; Masa di mana perubahan dan perubahan berjalan pesat; Masa berkurangnya ketergantungan; Masa meningkatnya individualitas; Masa permulaan; Masa berkebangnya penggolongan peran seks; Masa yang menarik; Masa permulaan kreativitas; dan Masa berbahaya.
BAB II PERKEMBANGAN MASA BAYI A. Aspek-Aspek yang Berkembang pada Masa Bayi 1.
Fisik Pada masa bayi, perkembangan fisik secara jelas dapat diamati, pada enam bulan pertumbuhanya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi badan. Selama tahun kedua terjadi penurunan, selain itu yang berkembang ialah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi, susnan saraf, dan organ perasa. Motorik Perkembangan masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan terliahat Reaksireaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak dikoordinasi. Namun lama-kelamaan terjadi secara efektif.
Hal ini terlihat dari merangkak, berjalan, dan memainkan benda-benda-benda perkembangan motorik telihat adanya arah.2 Anak yang usia 4 bulan, jika di telungkupkan, mencoba-coba mengangkat kepalanya walaupun hanya beberapa detik. Selanjutnya ia menguasai lengan, tangan, tungkai dan kakinya.
Latihan itu umumnya di cari sendiri, dilakukan dengan cara suka rela dan gembira. Anak yang usia 5 bualan dapat mengerakan lenganya kearah tertentu, kesalah satu benda yang dilihatnya. Selanjutnya ia menguasai jari-jarinya untuk memungut benda-benda yang kecil, dam akhirnya ia dapat memegang sesuatu.
Ada kemungkkinan batas-batas usia yang disebut disini tidak sesuai dengan usia ana yang sedang diamati, sebab batas-batas usia itu sebenarnya sangat relatif. Ciri-ciri gerakan motorik Gerak dilakukan dengan tidak sengaja, tidak ditujukan untuk maksud-maksud tertentu. Gerak yang dilakukan tidak sesuai dengan mengangkat benda. Gerak serta. Seperti anak yang bermain dengan botol susunya, kelihatan bahwa mulut, leher dan kepalanyaturut bergerak semuanya. Gerakan-gerakan yang berlebihan merupakan cirri-ciri dari motorik yang masih muda.
Macam-macam gerakan Dalam bulan-bulan pertama, bayi hanya bisa mengenal gerakan. Suka benar ia bergerak walaupun secara tidak sadar anak mengerak-gerakan tubuhnya tanpa sebab perangsang yang datang dari luar. Seluruh tubuhnya ikut bergerak, dan banyak di antara gerakan itu yang tidak perlu dilakukan.
Agar lebih mudah mengenal bentuk gerakan-gerakan itu maka di kelompokan ke dalam tiga bagian. Gerakan instinktif Instink adalah kemampuan bertindak tepat, tidak mempergunakan pikiran, diperoleh dari alam sejak dilahirkan. Gerakan instink di sebabkan oleh dorongan dari dalam diri untuk memuaskan dorongan itu. Gerak instink yang pertama dimiliki ialah kepandaian mengisap, ia perlu menyusu dan ia tau caranya tidakah menyusu itu satu gerakan yang sulit juga? Ada dorongan untuk memuaskan laparnya, instinknya menunjukan bagaimana caranya. Gerakan reflex Gerakan reflex disebabkan oleh dorongan yang datang dari luar berbentuk perangsang. Perangsang itu menimbulkan mata berkedip kalau silau, batuk kalu salah telan, muntah kalau terasa pahit dan sebagainya.
Gerakan spontan(impulsif) Pada gerakan spontan, dorongan dorongan atau perangsangnya datang dari dalam diri sendiri; mulanya dirasakan sebagai tidak bertujuan, seperti mengoyang-goyankan kaki yang tergantung meremas-remas jari tangan, ingin menangis, dan sebagainya. Perkembangan Motorik Kasar 0 – 2,5 bulan 1 bulan 2 minggu – 3 bulan 3 minggu 1 bulan 2 minggu – 4 bulan 3 minggu 3 bulan 3 bulan 2 minggu 4 bulan – 4 bulan 4 minggu Sekitar 5 bulan 2 minggu 3. 6 bulan – 8 bulan 7,5 bulan – 10 bulan 9 bulan – 10 bulan 12 bulan – 18 bulan Berjalan Masa ini penuh dengan latihan-latihan, dan kemajuan yang dapat dicapainya. Dalam kesempatan yang yang terbatas ini. Menurut peneliti3 mengemukakan tentang kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam belajar berjalan sebagai berikut: Umur 1 bulan. Bayi hanya bisa mengenal gerak. Setelah umurnya bertambah, ia mulai melatih menggerak-gerakan tubuhnya.
Umur 2 bulan. Ia menggerakan dan memutarkan kepalanya dengan susah payah. Umur 3 bulan. Ia belajar membalikan badanya. Tetapi setelah tertelungkup, seluruh badan dan mukanya terbenmam di atas pembaringannya. Umur 4 bulan. Pada waktu tertelungkup, ia mencoba mendongakan kepalanya sedikit walaupun dalam waktu yang singkat sekali.
Umur 5 bulan. Setelah mampu menegakan kepalanya, ia mencoba mengangkat dadanya dengan menopang kan kedua kaki dan tanganya. Umur 6 bulan. Sudah ada keinginan untuk merangkak. Jika ia sedang menelungkup, dan ibu meletakan mainan didepanya, ia menggerakan kaki dan tanganya seolah-olah berenang, tetapi hasilnya belum tercapai karena otot-ototnya belum terlalu kuat. Dengan bantuan sedikit di angkat badanya, ia dapat bergerak maju sedikit.
Umur 7 bulan. Ia dapat duduk sendiri dan berbaring berbalik-balik Umur 8 bulan. Ia dibantu belajar berdiri. Umur 9 bulan. Ia dapat berdiri sendiri sambil berpegangan pada sisi meja dan kursi. Umur 10 bulan. Jika otot-otot nya sudah cukup kuat serta sarafnya cukup matan, ia mulai melatih merangkak.
Umur 11 bulan. Ia belajar merambat”merambat” dengan berpegangan dengan berpegangan pada perabot rumah tangga. Umur 12 bulan. Ia mencoba berdiri sendiri. Selanjutnya ia dapat berjalan sendiri.
Berbicara Sebelum mampu berbicara, bayi lebih dahulu dapat mengerti apa yang dikatakan tanpa dapat bereaksi dengan kata hanya dengan ekspresi dan gerakan. Kemapuan mencapai kesanggupan berbicara harus melalui latihan-latihan yang tidak ringan, menghendaki kesempatan yang cukup, dan melalui taraf-taraf yang telah tertentu walaupun dialamnya dijumpai perbedaanperbedaan individual.jadi jangan lekas-lekas meperoses jika nanti menjumpai sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang kita lihat. Perkembangan bahasa ditingkat permulaan ini dapat dianggap semacam persiapan berbicara. Pada bulan pertama, bayi hanya pandai menangis. Dalam hal ini tangisan di anggap sebagi pernyataan rasa tak senang.
Kemudian ia menangis dengan cara yang berbeda-beda menurut maksud yang hendak dinyatakan. Selanjutnya ia mengeluarkan bunyi (suara-suara) yang banyak ragamnya. Tetapi bunyi-bunyi itu belum mempunyai arti, hanya untuk melatih pernapasan dan alat-alat bicara saja. Menjelang usia pertengahan ditahun pertama, ia meniru suara-suara yang didengarnya, kemudian mengulangi suara itu, tetapi bukan berarti karena ia sudah mengerti apa yang di dengar dan dikatakan kepadanya. Kita melihat ada sesuatu yang ganjil dalam perkembangan bahasa ini: setelah anak memperlihatkan beberapa kemajuan, perkembangan bahasa itu seakan-akan terhenti sampai ia pandai bejalan. Kelihatanya ia mengalihkan perhatianya untuk belajar berjalan. Jika ia nanti sudah pandai bejalan barulah ia memasuki tingkat perkembangan bahasa yang sebenarnya.
Di tingkat permulaan tidak ada perbedaan perkembangan bahasa antara anak yang tuli dengan anak yang biasa. Anak tuli juga menyatakan perasaan yang tak senang dengan cara menangis.sedangkan perasaan senangnya dinyatakan dengan bebagai macam suara raban, tetapi tingkat perkembangan bahasa selanjutnya tidak terdapat pada dirinya. Ia tidak dapat mampu mengulangi suara-suara rabannya dan suara orang lain.
Jika ia nanti sudah besar, ia akan menjadi bisu. Psikologis Secara psikologis, pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan kebiasaan mengenali wajah orang-orang yang berarti bagi dirinya. Mulai merasakan sentuhan‘touching’ oleh orang-orang tertentu.
Anak hingga umur 2 tahun belum tampak adanya mediasi dalam arti „aktifitas arti yang intern‟ semua tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal yang diterima sensori dan suatu reaksi yang motorik saja. Oleh kiarena itu ahli Psikologi membedakan dua tahap perkembangan intelegensi pada manusia yaitu sensori motor (sejak lahir sampai dua tahun) dan tahap konseptual ( usia dua tahun sampai dewasa). Emosi Pada bayi terdapat pola emosi tertentu yang bersifat umum seperti kemarahan (menjerit, meronta, menendang, mengibaskan tangan, memukul), ketakutan ( takut terhadap ruang gelap, tempat tinggi, dan binatang), (rasa ingin tahu tehadap mainan baru menjulurkan lidah, membuka mulut, memegang, melempar, mebolak-balik), kegembiraan (tersenyum, tertawa, menggerakan lengan serta kakinya), efeksi (memeluk mainan kesayanganya, mencium barang-barang kesayanganya). Perkembangan kognitif Perkembangan konsep merupakan hasil asosiasi dari arti dengan benda dan orangorang. Pieget menamakan tahap perkembangan ini tahap ”sensomotorik” dalam perkembangan konsep.
Pada akhir masa perkembangan ini bayi mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan “siapa” “apa” dan “ di mana”. Moral Bayi memiliki nilai dan suara hati.
Lambat laun bayi mempelajari kode moral dari orang tuanya dan orang-orang yang dekat dengannya. Bayi menilai benar atau salah suatu perbuatan berdasarkan kesakitan atau kesenangan yang dirasakannya.